Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS mengatakan pada Kamis (2/6), ancaman serangan Turki di bagian utara Suriah akan menciptakan krisis kemanusiaan dan merusak kampanye melawan kelompok teroris.
Komandan SDF, Mazloum Abdi, meminta semua pihak untuk mendukung de-eskalasi demi mencegah tragedi baru.

Dia juga memperingatkan, serangan lanjutan hanya akan mengakibatkan lebih banyak orang mengungsi dalam konflik 11 tahun tersebut.
Sejak 2016, Turki telah melancarkan empat operasi di Suriah utara. Ankara juga bersumpah akan melakukan serangan baru terhadap ujung tombak SDF, yakni milisi Satuan Perlindungan Rakyat (YPG) yang beranggotakan etnis Kurdi.
Turki memandang YPG sebagai kelompok teroris. Menurutnya, YPG juga mengancam keamanan nasional sebab mengendalikan petak-petak wilayah di perbatasan Turki.
Bagi Turki, YPG hanyalah perpanjangan tangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Kelompok itu melancarkan pemberontakan yang menewaskan lebih dari 40.000 sejak 1984.
Pemerintah Barat, termasuk AS dan Uni Eropa, menetapkan PKK sebagai organisasi teroris. Di sisi lain, AS justru memandang SDF sebagai sekutu yang telah membantu mengusir ISIS dari wilayah Suriah.
Dukungan Washington untuk SDF lantas telah lama menjadi pemicu ketegangan antara AS dengan Turki.
AS pun menyatakan keprihatinannya atas setiap serangan Turki di Suriah. Bagi AS, operasi militer semacam itu akan membahayakan pasukan mereka serta merusak stabilitas regional di Suriah.
Presiden Turki, Tayyip Erdogan, mengatakan pada Rabu (1/6), Turki akan menyingkirkan teroris di Tal Rifaat dan Manbij. Erdogan juga mengatakan, operasi itu akan berlanjut ke wilayah lain.

Dalam beberapa hari terakhir, kekerasan telah meningkat di dekat perbatasan. Namun, sumber dari kedua belah pihak mengaku belum melihat gerakan militer besar-besaran.
Dewan Militer Manbij yang bersekutu dengan SDF mengatakan, salah satu pejuangnya tewas pada Kamis (2/6). Saat itu, mereka sedang berupaya memukul mundur upaya penyusupan pejuang Turki.
Pasukan pemberontak yang didukung Turki, Tentara Nasional Suriah (SNA), membalikkan tuduhan itu. SNA mengatakan, SDF telah meningkatkan penembakan di daerah-daerahnya.
Pada Rabu (1/6), tiga warga sipil dan seorang pejuang tewas dalam serangan roket di Tel Abyad. Kota perbatasan itu direbut oleh pasukan Turki dan sekutu mereka dalam serangan pada 2019.
SNA mengatakan, SDF bertanggung jawab atas penembakan tersebut. Observatorium HAM Suriah melaporkan, rudal itu memang ditembakkan dari pangkalan SDF dan pasukan pemerintahan Bashar al-Assad.