Gula Bali atau gula merah biasanya terbuat dari tuak yang diambil dari pohon aren, ental dan kelapa. Namun, di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem Bali ini memiliki rasa yang lebih manis dan warnanya juga terang.
Salah satu perajin gula Bali, Ni Nyoman Kerti mengatakan bahwa ia sudah membuat gula tersebut sejak belasan tahun yang lalu. Ia juga mengatakan bahwa selama proses pembuatan mulai dari memanjat pohon kelapa sampai selesai ia lakukan seorang diri.
“Dari memanjat pohon kelapa pagi dan sore dan juga proses pembuatan gula merah sampai selesai saya lakukan sendiri karena suami dari pagi sampai sore bekerja di proyek,” kata Kerti.
Kerti menjelaskan proses pembuatan tersebut adalah awalnya tuak yang dia ambil dari pohon kelapa direbus di sebuah wajan hingga mendidih. Setelah mendidih kemudian diaduk-aduk sampai sedikit mengental. Proses ini memakan waktu kurang lebih selama 2 jam. Selama proses itu ia menggunakan peralatan yang masih sederhana yaitu menggunakan kayu bakar dan yang lainnya.
Setelah itu baru dicetak dengan menggunakan kau yaitu sebuah mangkuk yang terbuat dari batok kelapa dan untuk menjadi gula Bali atau gula merah harus menunggu selama 12 jam baru dapat mengeras secara sempurna. Saat sudah jadi gula rasanya lebih manis dan warnanya juga lebih terang jika dibandingkan dengan daerah lainnya. Karena gula yang asli Desa Datah tidak menggunakan campuran apapun murni bahannya hanya tuak manis.
“Tapi kadang saya juga sempat beberapa kali gagal mungkin karena faktor cuaca sehingga tuak yang saya dapat kurang bagus jadi saat proses pencetakan tidak mau mengeras tetap cair kadang rugi juga padahal sudah capek-capek naik turun pohon kelapa,” kata Kerti.
Tapi, kegagalan itu, cuma ia rasakan beberapa kali saja, karena kebanyakan yang berhasil. Dalam sehari Kerti mengaku bisa membuat hingga tiga cakep atau bungkul gula merah dengan harga Rp15 ribu per bungkul.
“Meskipun hasilnya tergolong kecil tapi tetap saya syukuri karena bisa untuk menambah biaya hidup sehari-hari,” kata Kerti.
Kerti mengaku selama ini gula buatannya di jual ke pelanggan dengan mengirim langsung ke penjual jajanan yang ada di wilayahnya. Tapi kadang ada juga pelanggan yang datang langsung ke rumahnya. Biasanya saat menjelang hari raya ia cukup kewalahan karena selalu kehabisan stok di rumahnya.
“Kalau saat hari raya pembeli lumayan banyak karena di sini hanya ada sekitar 10 perajin saja sedangkan peminatnya sangat banyak,” ujar Kerti.