Berdasarkan data dari siagapmk.id yang dirilis Kamis (23/6/2022), Provinsi Kalteng merupakan 1 dari 19 provinsi di Indonesia yang hewan ternaknya terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK) dengan jumlah hewan ternak yang sakit mencapai 243 ekor.
Saat ini ada 3 kabupaten di Kalteng yang hewan ternaknya terinfeksi PMK yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat dengan jumlah hewan sakit (203 ekor) sembuh (115 ekor).
Kemudian Kabupaten Kotawaringin Timur, jumlah hewan sakit (46 ekor) sembuh (10 ekor) dan Kabupaten Sukamara dengan jumlah hewan sakit (25 ekor) dan sembuh (10 ekor).
“Memang benar hal itu (adanya virus PMK ternak di Kalteng). Namun hingga saat ini masih belum ditemukan hewan mati akibat PMK,” ungkapnya, dilansir dari InfoPublik.id, pada Jumat 24 Juni 2022.
Bahkan di Palangka Raya, jelas Eko, penyakit ini sudah menjangkiti 42 ekor sapi yang tertular. Dari jumlah itu 19 ekor sembuh dan sisanya 23 ekor masih dalam tahap penyembuhan,” jelasnya.
Eko menambahkan, menghadapi Hari Raya Iduladha, sebagai langkah antisipasi Pemko Palangka Raya telah melakukan pendataan terhadap pedagang yang membuka lapak penjualan hewan kurban.
Disana petugas melakukan penyemprotan disinfektan dan melakukan vaksinasi serta memasang spanduk imbauan agar bisa dilihat para pembeli dan penjual.
Saat ini menurut Eko, setelah pasokan dari Jawa Timur dihentikan akibat virus PMK, pasokan sapi untuk Kalteng didatangkan dari Kupang (NTT), Bali dan Sulawesi.
Kondisi ini mengakibatkan harga sapi meningkat karena adanya perhitungan biaya karantina selama 14 hari dan juga biaya transportasi.
“Saat ini kenaikan harga per ekor mencapai Rp2,5 juta per ekor. Harga ini lebih mahal bila dibandingkan dengan tahun lalu (2021) sebesar Rp1,5 juta per ekor,” katanya.