Destinasi Puncak Mawar merupakan salah satu wisata referensi di Jembrana untuk liburan. Lokasinya berada di pinggiran hutan Lingkungan Dewasana, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana.
Jaraknya dari Kota Negara sekitar 9 kilometer ke arah utara, dan bisa ditempuh sekitar 20 menit menggunakan sepeda motor. Sebelum menuju puncak, terdapat tempat parkir yang dipadati sejumlah sepeda motor maupun mobil. Dari lokasi parkir destinasi ini, pengunjung harus berjalan kaki menuju kawasan Puncak Mawar.
Meski harus menempuh jalan menanjak dengan berjalan kaki, setelah sampai di atas bukit yang menawarkan panorama alam Jembrana, rasa lelah langsung hilang. Karena jalan yang terjal dan habis turun hujan, jalan sedikit lebih licin. Pengunjung harus berhati-hati.
Suasana Puncak Mawar sepi, nyaris tidak ada pengunjung lain. Kondisi ini sejak dua tahun terakhir karena pandemi Covid-19.
“Di sini kami semenjak ada Covid, kurang lebih berkisar 3 tahun kami cooling down dulu,” ujar Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Puncak Mawar Kelurahan Pendem Wayan Diandra.
Semenjak pandemi memang ada kunjungan satu dua orang, kadang ada juga dengan rombongan. Namun, kunjungan ke destinasi saat pandemi sangat turun drastis. Tidak seperti saat sebelum pandemi. “Kalau dulu tamu per bulan rata-rata tiga ratusan lah sebelum pandemi,” ungkapnya.
Selama dua tahun belakangan, pihaknya mengaku kurang dalam perawatan tempat wisata puncak mawar. Namun ke depan akan mulai lagi penataan, terutama tempat untuk berswafoto. Karena menurut Diandra sudah banyak yang rusak dan kayu tempat duduk juga banyak yang rapuh.
Salah satu pengunjung lokal Ketut Putra Yasa asal Negara mengaku sering datang ke puncak mawar. Disamping karena dekat, ia juga memang suka menikmati pemandangan alam dan suka berada di tempat tinggi.
“Sering ke sini, kalau saya memang senang menikmati pemandangan alam. Masih asri di sini, udaranya sejuk, segar,” kata Yasa.
Karena sekarang pemerintah sudah memberikan kelonggaran untuk aktivitas masyarakat, tidak ada lagi pembatasan ketat, Puncak Mawar akan ditata lagi. Karena masih ada potensi -potensi yang ada sekitar Puncak Mawar belum dieksplor. Salah satunya membuat jalur tracking sepanjang 700 meter menyusuri hutan.
Serta sejumlah potensi yang masih menjadi misteri sampai saat ini. Seperti adanya juga ada fosil batu, yang konon berupa dragon hill, berbentuk naga yang panjangnya sekitar 700 meter. Juga ada lingga yang konon pemujaan pada jaman dulu, itu juga berbentuk menhir. “Dulu juga sempat petugas purbakala yang datang dari Denpasar ke sini,” tutur Diandra.
Mengenai destinasi Puncak Mawar yang menggunakan pinggiran hutan KTH Bali Barat, sebagai bentuk pemanfaatan hutan. Menurutnya, di zona inti yang memang tidak boleh di jamah, zona cadangan dan zona pemanfaatan.
“Nah, di zona pemanfaatan inilah yang kami kelola sebaik-baiknya untuk ke depan, apa yang menjadi petunjuk pemerintah,” jelasnya.
Pemanfaatan hutan untuk wisata destinasi ini, tujuannya menjadikan bagaimana hutan lestari. Ke depannya mampu memberikan kesejahteraan masyarakat, dengan mengedepankan hasil hutan bukan kayu.