Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Senin menyebut tindakan Rusia di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar Ukraina “puncak tidak bertanggung jawab,”. Ia menuduh Moskow menggunakannya sebagai “perisai nuklir” dalam serangan terhadap pasukan Ukraina.
Rusia pada bulan Maret dituduh menembakkan peluru yang berbahaya di dekat pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia ketika pasukannya mengambil alih pada minggu-minggu pertama invasi ke Ukraina.
Washington “sangat prihatin” bahwa Moskow sekarang menggunakan pabrik itu sebagai pangkalan militer dan menembaki pasukan Ukraina dari wilayah sekitarnya, Blinken mengatakan kepada wartawan setelah pembicaraan nonproliferasi nuklir di PBB di New York.
“Tentu saja Ukraina tidak bisa membalas karena adanya ancaman kecelakaan mengerikan yang akan melibatkan pembangkit nuklir,” katanya.
Tindakan Rusia melampaui penggunaan “perisai manusia,” kata Blinken, menyebutnya sebagai “perisai nuklir.”
Utusan Rusia untuk PBB di New York menolak keras tuduhan Blinken.
“Kami berulang kali menyatakan bahwa tindakan angkatan bersenjata kami sama sekali tidak merusak keamanan nuklir Ukraina atau menghalangi operasi rutin PLTN (pembangkit tenaga nuklir),” kata misi Rusia PBB dalam sebuah pernyataan.
Dikatakan satu-satunya tujuan pasukan Rusia mengambil alih Zaporizhzhia adalah untuk “mencegah formasi nasionalis Ukraina dan tentara bayaran asing memanfaatkan situasi saat ini di Ukraina untuk melakukan provokasi nuklir dengan konsekuensi yang paling tidak terduga.”
Pejabat Ukraina sebelumnya menuduh Moskow menempatkan pasukan dan menyimpan peralatan militer di halaman pembangkit listrik.
Pada pembicaraan pada hari Senin, wakil menteri luar negeri Ukraina, Mykola Tochytskyi, mengatakan “tindakan bersama yang kuat diperlukan untuk mencegah bencana nuklir” dan menyerukan masyarakat internasional untuk melindungi pembangkit listrik tenaga nuklir Ukraina dengan sistem pertahanan udara.
Pada 20 Juli, Rusia menuduh Ukraina menembakkan dua pesawat tak berawak ke Zaporizhzhia, yang juga merupakan pembangkit nuklir terbesar di Eropa, tetapi mengatakan reaktor itu tidak rusak.
Perusahaan nuklir negara Ukraina, Energoatom, tidak mengomentari dampak drone tersebut.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas atom PBB, harus diberikan akses ke pabrik, kata Blinken.
“Sementara perang ini berkecamuk, kelambanan tindakan yang diambil tidak masuk akal,” kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi pada hari Senin di pembicaraan nonproliferasi nuklir PBB. “Jika kecelakaan terjadi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia di Ukraina, kami tidak akan menyalahkan bencana alam. Kami hanya akan bertanggung jawab atas diri kami sendiri.”